A. LANDASAN HISTORIS
a.
Sekilas
tentang sejarah bimbingan dan konseling
Secara
umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui
sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari
masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan
menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani
Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah
pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral,
pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.
b.
Perkembangan
Layanan Bimbingan di Amerika
Sampai
awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan
konselor masih ditangani oleh para guru.
Gerakan
bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan
keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun
1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan
konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan
program bimbingan di sekolah tersebut.
Pada
waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini
diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
1.
Eli Weaper pada tahun
1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan membentuk komite guru
pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut bergerak
untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar
tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi
seorang pekerja yang produktif.
2.
Frank Parson dikenal
sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education”.
Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan
membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara
ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor.
Bradley
(John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan
tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
a.
Vocational
exploration
Tahapan yang menekankan
tentang analisis individual dan pasaran kerja
b.
Metting Individual Needs
Tahapan yang menekankan
membantu individu agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya.
Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan
masalahnya sendiri.
c.
Transisional
Professionalism
Tahapan yang memfokuskan
perhatian kepada upaya profesionalisasi konselor
d.
Situasional Diagnosis
Tahapan sebagai periode
perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan
dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu.
c.
IKPerkembangan
Layanan Bimbingan Di Indonesia
Layanan
BK di industri Indonesia telah mulai dibicarakan sejak tahun 1962. ditandai
dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA yakni dengan adanya program
penjurusan, program penjurusan merupakan respon akan kebutuhan untuk
menyalurkan siswa kejurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Puncak
dari usaha ini didirikan jurusan Bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP Negeri, salah satu yang membuka jurusan tersebut adalah IKIP
Bandung (sekrang berganti nama Universitas Pendidikan Indonesia).
Dengan
adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970/1971, peranan bimbingan
kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah pembangunan ini dituangkan dalam
program sekolah menengah pembangunan persiapan, yang berupa proyek percobaan
dan peralihan dari sistem persekolahan Cuma menjadi sekolah pembangunan.
Sistem
sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan
yang dinamai PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang diujicobakan di 8
IKIP. Badan pengembangan pendidikan berhasil menyusun 2 naskah penting yakni
dengan pola dasar rencana-rencana pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan
melalui proyek-proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional
pelayanan bimbingan pada PPSP.
Secara
resmi BK di programkan disekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975, tahun 1975
berdiri ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang.
Penyempurnaan
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya.
Selanjutnya UU No. 0/1989 tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan dan
konseling yang kian diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No.
29 Bab X Pal 27/1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan.
Perkembangan
BK di Indonesia semakin mantap dengan berubahnya 1 PBI menjadi ABKIN (Asuransi
Bimbingan dan Konseling Indonesia) tapa tahun 2001.
B. LANDASAN FILOSOSFIS
INDIVIDUALITAS DAN
MENEJERIAL BK PERKEMBANGAN
Landasan Filosofis,
Individualitas dan Manejerial BK Perkembangan
Filsafat bimbingan konseling bersumber dari filsafat tentang
hakikat manusia. Ragam penafsiran dalam memahami hakikat manusia dapat
digolongkan ke dalam tiga model. Pertama, penafsiran rasionalistik atau klasik,
bersumber dari filsafat yunani dan romawi, yang memandang manusia sebagai
makhluk rasional dan manusia dipahami dari segi hakikat dan keunikan
pikirannya. Pandangan ini merupakan pandangan optimistic, terutama mengenai
keyakinan akan kemampuan pikirannya. Kedua, penafsiran teologis melihat manusia
sebagai makhluk ciptaan tuhan dan dibuat menurut aturan tuhan. Manusia hanya
akan menemukan dirinya apabila mentransendensikan dirinya kepada tuhan.
Penafsiran ini tidak melihat manusia dari segi keunikan pikiran atau
hubungannya dengan alam. Ketiga, penafsiran iliah yang diwarnai ragam sudut
pandang keilmuan, antara lain ilmu-ilmu fisis yang menganggap manusia sebagai
bagian dari alam fisikal sehingga harus dipahami dari segi hokum fisis dan
kimiawi.
Ketiga penafsiran yang
disebutkan bukanlah tafsiran komprehensif tentang hakikat manusia. Tafsiran
rasionalistik merupakan unsure kehendak yang ada pada diri manusia dan harapan
social yang harus menjadi rujukan dalam proses berpikir manusia. Tafsiran
teologis meletakan manusia hanya bergantung kepada kekuatan transcendental dan
nilai-nilai ketuhanan menjadi sesuatu yang sempit dan statis karena tidak bias
dipikirkan manusia. Tafsiran ilmiah hanya melihat manusia sebagai serpihan dari
dunianya yang harus tunduk kepada hukum-hukum alam atau manusia sebagai produk
sosial belaka.
Unsur pikiran, fitrah, kehendak, kebebasan, harapan social, hokum alam dan nilai-nilai transcendental adalah faktor-faktor eksistensial yang melekat pada kehidupan manusia. Memahami hakikat manusia berarti memahami seluruh factor yang disebutkan secara konprehensif dan utuh. Manusia adalah makhluk Allah yang Maha Kuasa, yang memiliki kehendak dan kebebasan, manusia patut mengembangkan diri atas kemerdekaan pikiran dan kehendak yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Kuasa, dalam tatanan kehidupan bersama yang tertuju kepada pencapaian kehidupan sejalan dengan fitrahnya. Kondisi eksistensial manusia mengandung makna bahwa manusia berada dalam proses menjadi menuju keberadaan diri sebagai makhluk pribadi, social dan makhluk Allah Yang Maha Kuasa.
Unsur pikiran, fitrah, kehendak, kebebasan, harapan social, hokum alam dan nilai-nilai transcendental adalah faktor-faktor eksistensial yang melekat pada kehidupan manusia. Memahami hakikat manusia berarti memahami seluruh factor yang disebutkan secara konprehensif dan utuh. Manusia adalah makhluk Allah yang Maha Kuasa, yang memiliki kehendak dan kebebasan, manusia patut mengembangkan diri atas kemerdekaan pikiran dan kehendak yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Kuasa, dalam tatanan kehidupan bersama yang tertuju kepada pencapaian kehidupan sejalan dengan fitrahnya. Kondisi eksistensial manusia mengandung makna bahwa manusia berada dalam proses menjadi menuju keberadaan diri sebagai makhluk pribadi, social dan makhluk Allah Yang Maha Kuasa.
Ada tiga fungsi
pendidikan yaitu fungsi pengembangan, membantu individu mengembangkan diri
sesuai potensinya, peragaman diferensiasi), membantu individu memilih arah
perkembangn yang tepat sesuai potensinya, dan integrasi,membawa keragaman
perkembangan ke arah tujuan yang sama sesuai dengan hakikat manusia untuk menjadi
pribadi utuh.
Dalam mewujudkan
pribadi utuh, BK peduli terhadap pengembangan kemampuan nalar yang motekar atau
kreatif untuk hidup baik dan benar. Upaya bimbingan dalam merealisasikan
fungsi-fungsi pendidikan seperti disebutkan terarah kepada upaya membantu
individu, dengan kemotekaran nalarnya, untuk memperhalus (refine),
menginternalisasi, memperbaharui dan mengintegrasi system nilai ke dalam
perilaku mandiri. Dalam upaya semacam itu, BK amat mungkin menggunakan berbagai
metode dan teknik psikologis, untuk memahami dan memfasilitasi perkembangan
individu, akan tetapi tidak berarti bahwa BK adalah psikologi terapan, karena
BK tetap bersandar terarah perkembangan manusia sesuai hakikat
eksistensialitasnya. BK tidak cukup bertopang pada kaidah psikologis melainkan
harus mampu menangkap eksistensi manusia sebagai makhllluk Allah Yang Maha
Kuasa.
Perkembangan
kemandirian terarah kepada penemuan makna diri dan dunia, dan pemaknaan itu
akan beragam sesuai dengan denan persepsi manusia akan diri dan dunianya.
Proses memaknai adalah proses selektif, ditentukan melalui proses memilih, dan
karena itu bangu kehidupan setiap diri manusia akan berbeda. Dalam tataran pemaknaan
yang lebih tinggi akan terjadi makna sinoptik atau trasendensi lingkungan, yang
menggambarkan interaksi individu dengan dunianya tidak lagi dalam interaksi
subyek-obyek, melainkan merupakan hubungan antar subyetivitas, yakni proses
dialog dalam diri.
Proses memilih adalah proses menimbang berbagai alterbatif, sebuah proses reaktif atau implusif. Kemandirian berkembang melalui pengembangan kemampuan berpikir, kreativitas, imajinasi, yang akan membawa manusia kepada pemahaman tentang perbedaan diri dengan lingkungan dan orang lain, dan keterpautan diri dengan lingkungan. Dalam tahapan seperti ini, individu akan berupaya sedikit demi sedikit malepaskan diri dari ikatan otoritas dan menuju kepada hubuangan mutualistik, mengambangkan kekhususan diri, mengembangkan kemampuan instrumental untuk memenuhi sendiri aktivitas hidup.
Visi bimbingan perkembangan bersifat edukatif, pengembangan dan outreach. Edukatif karena titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut tidak diabaikan. Pengembangan karena titik sentral sasaran bimbingan perkembangan adalah perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan upaya pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui rekayasa lingkungan perkembangan. Outreach karena target populasi layanan bimbingan perkembangan tidak terbatas pada individu yang bermasalah, tetapi semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupan.
Proses memilih adalah proses menimbang berbagai alterbatif, sebuah proses reaktif atau implusif. Kemandirian berkembang melalui pengembangan kemampuan berpikir, kreativitas, imajinasi, yang akan membawa manusia kepada pemahaman tentang perbedaan diri dengan lingkungan dan orang lain, dan keterpautan diri dengan lingkungan. Dalam tahapan seperti ini, individu akan berupaya sedikit demi sedikit malepaskan diri dari ikatan otoritas dan menuju kepada hubuangan mutualistik, mengambangkan kekhususan diri, mengembangkan kemampuan instrumental untuk memenuhi sendiri aktivitas hidup.
Visi bimbingan perkembangan bersifat edukatif, pengembangan dan outreach. Edukatif karena titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut tidak diabaikan. Pengembangan karena titik sentral sasaran bimbingan perkembangan adalah perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan upaya pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui rekayasa lingkungan perkembangan. Outreach karena target populasi layanan bimbingan perkembangan tidak terbatas pada individu yang bermasalah, tetapi semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupan.
C.
LANDASAN PSIKOLOGIS
Landasan psikologis merupakan landasan yang
dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi
sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa
kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah :
a.
Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi
berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif
primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh
individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya
maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi,
memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya
motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu
(motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi
bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu
tujuan.
b.
Pembawaan dan
Lingkungan
Pembawaan dan
lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi
perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan
merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti
struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian
tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan
dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana
individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan
berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula
yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat
tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot).
Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan
yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap
potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula
individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan
sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang
dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
c.
Perkembangan Individu
Perkembangan individu
berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak
masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek
fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.
Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan,
diantaranya :
1.
Teori dari McCandless
tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu.
2.
Teori dari Freud
tentang dorongan seksual.
3.
Teori dari Erickson
tentang perkembangan psiko-sosial.
4.
Teori dari Piaget
tentang perkembangan kognitif
5.
Teori dari Kohlberg
tentang perkembangan moral
6.
Teori dari Zunker
tentang perkembangan karier
7.
Teori dari Buhler
tentang perkembangan social
8.
Teori dari Havighurst
tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa
dewasa.
Dalam
menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan
individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu
itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
d.
Belajar
Belajar merupakan
salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk
hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu
yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan
prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari
kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang
hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa
dijadikan rujukan, diantaranya adalah:
1.
Teori Belajar
Behaviorisme
2.
Teori Belajar Kognitif
atau Teori Pemrosesan Informasi
3.
Teori Belajar Gestalt.
Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.
e.
Kepribadian
Hingga saat ini para
ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara bulat
dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh
Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir
50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang
dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang
dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider
dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses
respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya
mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi
dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan
yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat
dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu
didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi
fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan
dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu
yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk
menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian
yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud,
Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler,
Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari
Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons
dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek
kepribadian, yang mencakup :
Ø
Karakter; yaitu
konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
Ø
Temperamen; yaitu
disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Ø
Sikap; sambutan
terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Ø
Stabilitas emosi;
yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan.
Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
Ø
Responsibilitas
(tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan
yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
Ø
Sosiabilitas; yaitu
disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat
pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain.
Untuk
kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan
mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat
memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi
perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga
harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya
sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu
pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi
pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan
belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam
belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya
pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik
dan keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor benar-benar
dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi
yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi
perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologi
kepribadian.
A.
LANDASAN YURIDIS FORMAL
1)
Kurikulum 1975. Tiga jenis layanan pada jalur pendidikan formal,
yaitu :
a.
Layanan Manajemen dan supervise
b.
Layanan pembelajaran
c.
Layanan bimbingan dan penyuluhan
2)
UU No. 2 tahun 1989, Bab X Pasal 1 Ayat 1. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan,
pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.
3)
PP No. 28 dan 29 tahun 1990, Bab X Pasal 25 Ayat 1 dan 2.
Bimbingan adalah bantuan kepada peserta didik untuk memahami diri, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dilakukan oleh Guru
Pembimbing.
4)
Keputusan Men PAN No. 84 tahun 1993. Tentang jabatan fungsional
guru dan angka kreditnya, tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program
bimbingan, melaksanakan program bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan program
bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut pelaksanaan
program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
5)
UU No. 20 tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 1. Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain sesuai dnegan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
6)
PP No. 19 tahun 2005 Pasal 5 s/d 18, Standar Nasional Pendidikan
tentang standar isi unit satuan pendidikan dasar dan menengah.
7)
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam
struktur KTSP ditafsirkan dan/pembimbing oleh konselor, guru atau tenaga
kependidikan.
8)
Keputusan Dirjen PMPTK 2007 tentang Rambu-rambu penyelenggaraan BK
dalam jalur pendidikan formal yang berisi panduan penyelenggaraan BK di jalur
pendidikan formal.
9)
Peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru, Bab III Pasal
15. Salah satu persyaratan bagi pendidik yang telah menyandang sertifikat
pendidik untuk memperoleh tunjangan profesi adalah apabila pendidik yang
bersangkutan… melaksanakan tugas sebagai guru bimbingan dan konseling atau
konselor.
10) Permendiknas No. 27 tahun
2008, Pasal 1 ayat 1. Tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi
konselor. Untuk dapat diangkat sebagai konselor seseornag wajib memenuhi
standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara
nasional.
B.
HAKIKAT DAN TUJUAN LAYANAN BK
1.
Hakikat atau alasan mendasar layanan Bk di sekolah bukan
semata-mata terletak ada atau tidak adanya landasan hukum atau ketentuan dari
atas namun yang lebih penting adalah menyangkut “upaya memfasilitasi peserta
didik” yang selanjutnya disebut konseli agar mampu mengembangkan potensi
dirinya atau mencapai tugas-tuga perkemabangannya. (aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial dan moral spiritual).
2.
Tujuan layanan BK di sekolah : membantu peserta didik mencapai
tugas perkembangan potensinya secara optimal, sehingga mampu mencapai
tugas-tugas perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial-belajar dan karir kearah
peserta didik yang matang dan mandiri (memandirikan peserta didik).
Mandiri mengandung
pengertian :
a.
Mampu merencanakan kegiatan penyelesaian studi, pengembangan
karir, serta merencanakan kehidupan masa depan.
b.
Mampu mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki
seoptimal mungkin.
c.
Mampu menyesuaikan dengan lingkungan pendidikan, lingkungan kerja
serta lingkungan masyarakat.
d.
Mampu mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam :
studi, lingkungan pendidikan, lingkungan kerja serta lingkungan masyarakat.
E.
LANDASAN PEDAGOGIS
Bimbingan dan konseling itu
identik dengan pendidikan. Artinya ketka seseorangmelakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia sedang
mendidik., dan begitupulasebaliknya.
Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga
sosial yang universal dan berfungsisebagai sarana reproduksi sosial ( Budi
Santoso, 1992)
Landasan pedagogis dalam
layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tigasegi, yaitu:
1.
Pendidikan sebagai upaya pengembangan
Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan.
Pendidikan
adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanyaakan dapat menjadi
manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan.tanpa pendidikan
manusia yang telah lahir tidaka akan
mampu.
memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dankeberagamaanya.Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pasal 1 ayat(1) ditegaskan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
akhlak mulia, sertaketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Tujuan bimbingan dan konseling tidak boleh menyimpang dengan
tujuan pendidikan nasional, yakni yang terdapat dalam UU No. 20/2003 juga,disebutkan bahwa :
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusiaIndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani danrohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Integrasi bimbingan dan konseling dengan pebdidikan juga tampak
dari dimasukannya secara berkesinambungan
berbagai program pelayanan bimbingan dankonseling ke dalam
program-program sekolah dan madrasah.
F.
LANDASAN RELIGIUS
LANDASAN RELIGIUS
MEELUPUTI :
1.
Tiga hal yang harus
ditekankan bagi layanan BK:
a.
Keyakinan bahwa
manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk tuhan.
b.
Sikap yang mendorong
perkembangan dan prikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan
kaidah-kaidah agama.
c.
Upaya yang
memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan
perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan
beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu.
2.
Manusia sebagai
makhluk Tuhan
Keyakinan bahwa
manusia adalah makhluk tuhan menekankan pada ketinggian derajat dan keindahan
makhluk manusia itu serta peranannya sebagai khalifah di muka bumi. Derajat
yang keberadaan yang paling mulia diantara makhluk-makhluk Tuhan itu perlu
dimuliakan oleh manusia itu sendiri.
3.
Sikap keberagamaan
Kehiduupan beragama
merupakan gejala yang universal. Kehidupan keagamaan yang semula dianggap suci,
karena segla sesuatunya diajarkan pada firman-firman Tuhan dapat merosot
menjadi sekedar ucapan rutin belaka. Sikap keberagamaan menjadi tumpuan bagi
keseimbangan hidup dunia dan akhirat. Isi sikap keberagamaan yang dimaksudkan
itu ialah, pertama difokuskan kepada agama itu sendiri, kedua sebagai
kelanjutan dari penyikapan yang pertama tadi, penyikapan yang menerapkan
segenap upaya manusia. Dalam hal ini upaya peringkatan IPTEK ditunjukkan pada
tuntutan keserasian di dunia dan akhirat.
4.
Peranan Agama
Study tentang gejala
kegamaan , kususnya sebagai gejala psikologis telah menjadi pusatperhaian para
ahlisejak abad 19. lebih jauh dtudi tersebut diarahkan kepada peranan agama
bagi pekerja ahli psikolog.
Kajian tentang hubungan agama dan
psikologi ini diarahkan pada asumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki
kemampuan untuk mengalami peristiwa-peristiwa keagamaan pada dirinya, namun,
kemampuan itu seringkali tidak termanfaatkan
Perkembangan kehidupan di masyarakat barat, sikap merendahkan dan mengabaikan agama semakin subur.
Perkembangan kehidupan di masyarakat barat, sikap merendahkan dan mengabaikan agama semakin subur.
Clak dan kawan-kawan (1973) mengemukakan
3 sebab utama mengapa hal itu terjadi
a.
Berkurangnya para
pendakwah dan penampilan serta tingkah laku yang kurang terpuji
b.
Berkembangnya
keyakinan bahwa dengan ilmu pengetahuan dan pikiran, kehidupan manusia dapat
dikontrol.
c.
Berkembangnya sikap
yang terlalu mengagugkah hak-hak pribadi sama sekali tidak
boleh diganggu gugat.
Di negaa-negara barat urusan agama pada
umumnya dianggap sebagai urusan perseorangan, artinya bukan urusan negara.
Sedangkan di Indonesia, keadaan kehiupan beragama sangat berbeda, pemerintah
dan masyarakat sama-sama bertangung jawab dan sangat memperhatikan perkembangan
dan keberadaan kehidupan beragama.
Agama mempunyai fungsi sebagai
pemelihara fitrah, jiwa, akal dan keturunan. Manusia sebagai makhluk Tuhan,
kefitrahan itulah yang membedakan manusia dari hewan dan mengangkat harkat dan
matabat serta kemuliaannya di sisi Tuhan. Bentuk pengabdian itu bersifat ritual
personal, seperti Shalat puasa dan berdo’a, maupun ibadah social, yaitu tolong
menolong, menciptakan lingkungan yang bermanfaat bagi kesejahteraan, keamanan dan
kebahagiaan manusia.
G.
LANDASAN SOSIAL DAN
BUDAYA BIMBINGAN DAN KONSELING
1.
Faktor-faktor
Sosial Budaya yang Menimbulkan Kebutuhan akan BimbinganKebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah
yangdihadap oleh inividu yang terlibat dala kehidupan masyarakat. Smakn
rumitstruktur masyarakat dan keadannya, semakin banyak dan rumit pulalah
maslahyang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyrakat itu.
Jadi kebutuhan akan bimbingan
itu timbul karena terdapat faktor yangmenambah rumitnya keadaan masyarakat
dimana individu itu hidup. Faktor-faktor itu diantaranya adalah sebagai
berikut. (John J. Pietrfesa dkk., 1980; M. Surya &Rochman N., 1986; dalam
Syamsu dan Juntika, 2008:119).
a.
Perubahan Konstelasi Keluarga
Pada tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan yang
cukup berarti, seperti; melemahnya otoritas pria (suami), meningkatnya
tuntutankesamaan hak dan kewajiban kaum perempuan, dan meretaknya
kedekatanhubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti oleh
permasalahanlain, yaitu semakin meningkatnya angka perceraian dari tahun 1970
sampai tahun1980, dan kecenderungan orangtua tunggal dalam
keluarga.Ketidakberfungsian keluarga melahirkan dampak negatif bagi kehidupanmoralitas
anak. Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti diatas,
seringkali dihadapkan kepada kebuntuan atau kesulitan mencari jalan
keluar atau pemecahan masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak
segeramendapat bantuan dari luar, maka masalah yang dihadapinya akan semakin
parah.Salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga memecahkan masalah
yangdihadapinya adalah layanan bimbingan dan konseling yang
berupaya membantuuntuk memelihara kebutuhan atau keharmonisan keluarga.
b.
Perkembangan Pendidikan
Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi
dalam bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Hal ini
berarti pemberiankesempatan kepada setiap orang untuk
menikmati pndidikan yangdiselenggarakan oleh pemerintah atau pun oleh
badan swasta. Kesempatan yangterbuka ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid
dari berbagai kalanganyang berbeda-beda latar belakangnya antara lain:
agama, etnis, keadaan sosial,adat istiadat dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan
bertumpuknya masalahyang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok
campuran itu. Pemecahanini dapat diperoleh dengan melakasanakan bimbingan
bagi anggota kelompok yang bersangkutan, dalam hal ini kelompok murid
sekolah.
H.
LANDASAN ILMIAH DAN
TEKNOLOGIS
Pelayanan bimbingan dan
konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan,
baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun
pengembangan-pengembangan layanan itu secara berkelanjutan.
1.
Keilmuan Bimbingan dan
Konseling
Ilmu bimbingan dan
konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang
tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain,
ilmu bimbingan dankonseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan
pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Obyek kajian bimbingan
dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu
pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan
pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling
dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis
document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian, buku
teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek kajian bimbingan dan
konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.
2.
Peran Ilmu Lain dan
Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling
merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan
berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan
pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu;
biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu
sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
3.
Pengembangan Bimbingan
Konseling Melalui Penelitian
Pengembangan teori dan
pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan melalui proses
pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji
didalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula
hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori dan praktek
bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefektifan
dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju
jika dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang
berhubungan dengan BK
Siiiiipppppppp
BalasHapus