Minggu, 05 Februari 2012

8 LANDASAN BIMBINGAN & KONSELING


A.     LANDASAN HISTORIS

a.       Sekilas tentang sejarah bimbingan dan konseling

Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.

b.      Perkembangan Layanan Bimbingan di Amerika
Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru.
Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.

Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
1.      Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang produktif.
2.      Frank Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education”. Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor.

Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
a.       Vocational exploration 
Tahapan yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran kerja
b.      Metting Individual Needs
Tahapan yang menekankan membantu individu agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.
c.       Transisional Professionalism 
Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya profesionalisasi konselor
d.      Situasional Diagnosis
Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu.

c.       IKPerkembangan Layanan Bimbingan Di Indonesia
Layanan BK di industri Indonesia telah mulai dibicarakan sejak tahun 1962. ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA yakni dengan adanya program penjurusan, program penjurusan merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan siswa kejurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Puncak dari usaha ini didirikan jurusan Bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri, salah satu yang membuka jurusan tersebut adalah IKIP Bandung (sekrang berganti nama Universitas Pendidikan Indonesia).
Dengan adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970/1971, peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah pembangunan ini dituangkan dalam program sekolah menengah pembangunan persiapan, yang berupa proyek percobaan dan peralihan dari sistem persekolahan Cuma menjadi sekolah pembangunan.
Sistem sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan yang dinamai PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang diujicobakan di 8 IKIP. Badan pengembangan pendidikan berhasil menyusun 2 naskah penting yakni dengan pola dasar rencana-rencana pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan melalui proyek-proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional pelayanan bimbingan pada PPSP.
Secara resmi BK di programkan disekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975, tahun 1975 berdiri ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang.
Penyempurnaan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Selanjutnya UU No. 0/1989 tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan dan konseling yang kian diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No. 29 Bab X Pal 27/1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Perkembangan BK di Indonesia semakin mantap dengan berubahnya 1 PBI menjadi ABKIN (Asuransi Bimbingan dan Konseling Indonesia) tapa tahun 2001.

B.     LANDASAN FILOSOSFIS
INDIVIDUALITAS DAN MENEJERIAL BK PERKEMBANGAN
Landasan Filosofis, Individualitas dan Manejerial BK Perkembangan
Filsafat bimbingan konseling bersumber dari filsafat tentang hakikat manusia. Ragam penafsiran dalam memahami hakikat manusia dapat digolongkan ke dalam tiga model. Pertama, penafsiran rasionalistik atau klasik, bersumber dari filsafat yunani dan romawi, yang memandang manusia sebagai makhluk rasional dan manusia dipahami dari segi hakikat dan keunikan pikirannya. Pandangan ini merupakan pandangan optimistic, terutama mengenai keyakinan akan kemampuan pikirannya. Kedua, penafsiran teologis melihat manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan dan dibuat menurut aturan tuhan. Manusia hanya akan menemukan dirinya apabila mentransendensikan dirinya kepada tuhan. Penafsiran ini tidak melihat manusia dari segi keunikan pikiran atau hubungannya dengan alam. Ketiga, penafsiran iliah yang diwarnai ragam sudut pandang keilmuan, antara lain ilmu-ilmu fisis yang menganggap manusia sebagai bagian dari alam fisikal sehingga harus dipahami dari segi hokum fisis dan kimiawi.
Ketiga penafsiran yang disebutkan bukanlah tafsiran komprehensif tentang hakikat manusia. Tafsiran rasionalistik merupakan unsure kehendak yang ada pada diri manusia dan harapan social yang harus menjadi rujukan dalam proses berpikir manusia. Tafsiran teologis meletakan manusia hanya bergantung kepada kekuatan transcendental dan nilai-nilai ketuhanan menjadi sesuatu yang sempit dan statis karena tidak bias dipikirkan manusia. Tafsiran ilmiah hanya melihat manusia sebagai serpihan dari dunianya yang harus tunduk kepada hukum-hukum alam atau manusia sebagai produk sosial belaka.
Unsur pikiran, fitrah, kehendak, kebebasan, harapan social, hokum alam dan nilai-nilai transcendental adalah faktor-faktor eksistensial yang melekat pada kehidupan manusia. Memahami hakikat manusia berarti memahami seluruh factor yang disebutkan secara konprehensif dan utuh. Manusia adalah makhluk Allah yang Maha Kuasa, yang memiliki kehendak dan kebebasan, manusia patut mengembangkan diri atas kemerdekaan pikiran dan kehendak yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Kuasa, dalam tatanan kehidupan bersama yang tertuju kepada pencapaian kehidupan sejalan dengan fitrahnya. Kondisi eksistensial manusia mengandung makna bahwa manusia berada dalam proses menjadi menuju keberadaan diri sebagai makhluk pribadi, social dan makhluk Allah Yang Maha Kuasa.
Ada tiga fungsi pendidikan yaitu fungsi pengembangan, membantu individu mengembangkan diri sesuai potensinya, peragaman diferensiasi), membantu individu memilih arah perkembangn yang tepat sesuai potensinya, dan integrasi,membawa keragaman perkembangan ke arah tujuan yang sama sesuai dengan hakikat manusia untuk menjadi pribadi utuh.
Dalam mewujudkan pribadi utuh, BK peduli terhadap pengembangan kemampuan nalar yang motekar atau kreatif untuk hidup baik dan benar. Upaya bimbingan dalam merealisasikan fungsi-fungsi pendidikan seperti disebutkan terarah kepada upaya membantu individu, dengan kemotekaran nalarnya, untuk memperhalus (refine), menginternalisasi, memperbaharui dan mengintegrasi system nilai ke dalam perilaku mandiri. Dalam upaya semacam itu, BK amat mungkin menggunakan berbagai metode dan teknik psikologis, untuk memahami dan memfasilitasi perkembangan individu, akan tetapi tidak berarti bahwa BK adalah psikologi terapan, karena BK tetap bersandar terarah perkembangan manusia sesuai hakikat eksistensialitasnya. BK tidak cukup bertopang pada kaidah psikologis melainkan harus mampu menangkap eksistensi manusia sebagai makhllluk Allah Yang Maha Kuasa.
Perkembangan kemandirian terarah kepada penemuan makna diri dan dunia, dan pemaknaan itu akan beragam sesuai dengan denan persepsi manusia akan diri dan dunianya. Proses memaknai adalah proses selektif, ditentukan melalui proses memilih, dan karena itu bangu kehidupan setiap diri manusia akan berbeda. Dalam tataran pemaknaan yang lebih tinggi akan terjadi makna sinoptik atau trasendensi lingkungan, yang menggambarkan interaksi individu dengan dunianya tidak lagi dalam interaksi subyek-obyek, melainkan merupakan hubungan antar subyetivitas, yakni proses dialog dalam diri.
Proses memilih adalah proses menimbang berbagai alterbatif, sebuah proses reaktif atau implusif. Kemandirian berkembang melalui pengembangan kemampuan berpikir, kreativitas, imajinasi, yang akan membawa manusia kepada pemahaman tentang perbedaan diri dengan lingkungan dan orang lain, dan keterpautan diri dengan lingkungan. Dalam tahapan seperti ini, individu akan berupaya sedikit demi sedikit malepaskan diri dari ikatan otoritas dan menuju kepada hubuangan mutualistik, mengambangkan kekhususan diri, mengembangkan kemampuan instrumental untuk memenuhi sendiri aktivitas hidup.
Visi bimbingan perkembangan bersifat edukatif, pengembangan dan outreach. Edukatif karena titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut tidak diabaikan. Pengembangan karena titik sentral sasaran bimbingan perkembangan adalah perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan upaya pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui rekayasa lingkungan perkembangan. Outreach karena target populasi layanan bimbingan perkembangan tidak terbatas pada individu yang bermasalah, tetapi semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupan.

C.     LANDASAN PSIKOLOGIS
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah :
a.       Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
b.      Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
c.       Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya :
1.      Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu.
2.      Teori dari Freud tentang dorongan seksual.
3.      Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial.
4.      Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif
5.      Teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral
6.      Teori dari Zunker tentang perkembangan karier
7.      Teori dari Buhler tentang perkembangan social
8.      Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
d.      Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah:
1.      Teori Belajar Behaviorisme
2.      Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi
3.      Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.

e.       Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :
Ø  Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
Ø  Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Ø  Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Ø  Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
Ø  Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
Ø  Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologi kepribadian.

A.     LANDASAN YURIDIS FORMAL

1)      Kurikulum 1975. Tiga jenis layanan pada jalur pendidikan formal, yaitu :
a.       Layanan Manajemen dan supervise
b.      Layanan pembelajaran
c.       Layanan bimbingan dan penyuluhan
2)      UU No. 2 tahun 1989, Bab X Pasal 1 Ayat 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.
3)      PP No. 28 dan 29 tahun 1990, Bab X Pasal 25 Ayat 1 dan 2. Bimbingan adalah bantuan kepada peserta didik untuk memahami diri, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dilakukan oleh Guru Pembimbing.
4)      Keputusan Men PAN No. 84 tahun 1993. Tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut pelaksanaan program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
5)      UU No. 20 tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 1. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain sesuai dnegan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
6)      PP No. 19 tahun 2005 Pasal 5 s/d 18, Standar Nasional Pendidikan tentang standar isi unit satuan pendidikan dasar dan menengah.
7)      Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam struktur KTSP ditafsirkan dan/pembimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan.
8)      Keputusan Dirjen PMPTK 2007 tentang Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur pendidikan formal yang berisi panduan penyelenggaraan BK di jalur pendidikan formal.
9)      Peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru, Bab III Pasal 15. Salah satu persyaratan bagi pendidik yang telah menyandang sertifikat pendidik untuk memperoleh tunjangan profesi adalah apabila pendidik yang bersangkutan… melaksanakan tugas sebagai guru bimbingan dan konseling atau konselor.
10)  Permendiknas No. 27 tahun 2008, Pasal 1 ayat 1. Tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor. Untuk dapat diangkat sebagai konselor seseornag wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional.

B.     HAKIKAT DAN TUJUAN LAYANAN BK

1.      Hakikat atau alasan mendasar layanan Bk di sekolah bukan semata-mata terletak ada atau tidak adanya landasan hukum atau ketentuan dari atas namun yang lebih penting adalah menyangkut “upaya memfasilitasi peserta didik” yang selanjutnya disebut konseli agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tuga perkemabangannya. (aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral spiritual).
2.      Tujuan layanan BK di sekolah : membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan potensinya secara optimal, sehingga mampu mencapai tugas-tugas perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial-belajar dan karir kearah peserta didik yang matang dan mandiri (memandirikan peserta didik).
Mandiri mengandung pengertian :
a.       Mampu merencanakan kegiatan penyelesaian studi, pengembangan karir, serta merencanakan kehidupan masa depan.
b.      Mampu mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin.
c.       Mampu menyesuaikan dengan lingkungan pendidikan, lingkungan kerja serta lingkungan masyarakat.
d.      Mampu mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam : studi, lingkungan pendidikan, lingkungan kerja serta lingkungan masyarakat.

E.     LANDASAN PEDAGOGIS
Bimbingan dan konseling itu identik dengan pendidikan. Artinya ketka seseorangmelakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik., dan begitupulasebaliknya.
Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsisebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992)
Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tigasegi, yaitu:
1.      Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan.
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanyaakan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan.tanpa pendidikan manusia yang telah  lahir tidaka akan mampu.
memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dankeberagamaanya.Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat(1) ditegaskan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, sertaketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tujuan bimbingan dan konseling tidak boleh menyimpang dengan tujuan pendidikan nasional, yakni yang terdapat dalam UU No. 20/2003 juga,disebutkan bahwa :
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusiaIndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani danrohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Integrasi bimbingan dan konseling dengan pebdidikan juga tampak dari dimasukannya secara berkesinambungan berbagai program pelayanan bimbingan dankonseling ke dalam program-program sekolah dan madrasah.

F.      LANDASAN RELIGIUS
LANDASAN RELIGIUS MEELUPUTI :
1.      Tiga hal yang harus ditekankan bagi layanan BK:
a.       Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk tuhan. 
b.      Sikap yang mendorong perkembangan dan prikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
c.       Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu.
2.      Manusia sebagai makhluk Tuhan
Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk tuhan menekankan pada ketinggian derajat dan keindahan makhluk manusia itu serta peranannya sebagai khalifah di muka bumi. Derajat yang keberadaan yang paling mulia diantara makhluk-makhluk Tuhan itu perlu dimuliakan oleh manusia itu sendiri.
3.      Sikap keberagamaan 
Kehiduupan beragama merupakan gejala yang universal. Kehidupan keagamaan yang semula dianggap suci, karena segla sesuatunya diajarkan pada firman-firman Tuhan dapat merosot menjadi sekedar ucapan rutin belaka. Sikap keberagamaan menjadi tumpuan bagi keseimbangan hidup dunia dan akhirat. Isi sikap keberagamaan yang dimaksudkan itu ialah, pertama difokuskan kepada agama itu sendiri, kedua sebagai kelanjutan dari penyikapan yang pertama tadi, penyikapan yang menerapkan segenap upaya manusia. Dalam hal ini upaya peringkatan IPTEK ditunjukkan pada tuntutan keserasian di dunia dan akhirat.
4.      Peranan Agama
Study tentang gejala kegamaan , kususnya sebagai gejala psikologis telah menjadi pusatperhaian para ahlisejak abad 19. lebih jauh dtudi tersebut diarahkan kepada peranan agama bagi pekerja ahli psikolog.
Kajian tentang hubungan agama dan psikologi ini diarahkan pada asumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengalami peristiwa-peristiwa keagamaan pada dirinya, namun, kemampuan itu seringkali tidak termanfaatkan
Perkembangan kehidupan di masyarakat barat, sikap merendahkan dan mengabaikan agama semakin subur.

Clak dan kawan-kawan (1973) mengemukakan 3 sebab utama mengapa hal itu terjadi
a.       Berkurangnya para pendakwah dan penampilan serta tingkah laku yang kurang terpuji
b.      Berkembangnya keyakinan bahwa dengan ilmu pengetahuan dan pikiran, kehidupan manusia dapat dikontrol.
c.       Berkembangnya sikap yang terlalu mengagugkah hak-hak pribadi sama sekali tidak
boleh diganggu gugat.
Di negaa-negara barat urusan agama pada umumnya dianggap sebagai urusan perseorangan, artinya bukan urusan negara. Sedangkan di Indonesia, keadaan kehiupan beragama sangat berbeda, pemerintah dan masyarakat sama-sama bertangung jawab dan sangat memperhatikan perkembangan dan keberadaan kehidupan beragama.
Agama mempunyai fungsi sebagai pemelihara fitrah, jiwa, akal dan keturunan. Manusia sebagai makhluk Tuhan, kefitrahan itulah yang membedakan manusia dari hewan dan mengangkat harkat dan matabat serta kemuliaannya di sisi Tuhan. Bentuk pengabdian itu bersifat ritual personal, seperti Shalat puasa dan berdo’a, maupun ibadah social, yaitu tolong menolong, menciptakan lingkungan yang bermanfaat bagi kesejahteraan, keamanan dan kebahagiaan manusia.
G.    LANDASAN SOSIAL DAN BUDAYA BIMBINGAN DAN KONSELING

1.      Faktor-faktor Sosial Budaya yang Menimbulkan Kebutuhan akan BimbinganKebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yangdihadap oleh inividu yang terlibat dala kehidupan masyarakat. Smakn rumitstruktur masyarakat dan keadannya, semakin banyak dan rumit pulalah maslahyang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyrakat itu.

Jadi kebutuhan akan bimbingan itu timbul karena terdapat faktor yangmenambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor itu diantaranya adalah sebagai berikut. (John J. Pietrfesa dkk., 1980; M. Surya &Rochman N., 1986; dalam Syamsu dan Juntika, 2008:119).

a.      Perubahan Konstelasi Keluarga
Pada tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan yang cukup berarti, seperti; melemahnya otoritas pria (suami), meningkatnya tuntutankesamaan hak dan kewajiban kaum perempuan, dan meretaknya kedekatanhubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti oleh permasalahanlain, yaitu semakin meningkatnya angka perceraian dari tahun 1970 sampai tahun1980, dan kecenderungan orangtua tunggal dalam keluarga.Ketidakberfungsian keluarga melahirkan dampak negatif bagi kehidupanmoralitas anak. Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti diatas, seringkali dihadapkan kepada kebuntuan atau kesulitan mencari jalan keluar atau pemecahan masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segeramendapat bantuan dari luar, maka masalah yang dihadapinya akan semakin parah.Salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yangdihadapinya adalah layanan bimbingan dan konseling yang berupaya membantuuntuk memelihara kebutuhan atau keharmonisan keluarga. 

b.      Perkembangan Pendidikan
Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi dalam bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Hal ini berarti pemberiankesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pndidikan yangdiselenggarakan oleh pemerintah atau pun oleh badan swasta. Kesempatan yangterbuka ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari berbagai kalanganyang berbeda-beda latar belakangnya antara lain: agama, etnis, keadaan sosial,adat istiadat dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan bertumpuknya masalahyang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok campuran itu. Pemecahanini dapat diperoleh dengan melakasanakan bimbingan bagi anggota kelompok yang bersangkutan, dalam hal ini kelompok murid sekolah.
H.     LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGIS

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan layanan itu secara berkelanjutan.

1.      Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dankonseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.

2.      Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.

3.      Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian
Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefektifan dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju jika dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan BK

1 komentar: